-->

Bagaimana Cara Merubah Air Kencing Untuk Menjalankan Mobil Listrik ? Simak Penjelasan Profesor Ini

Dulu ada sebuah joke tantang bagaimana caranya menghemat bahan bakar tetapi mobil masih tetap berjalan. Jawabannya adalah kencingi tangki bahan bakar, nanti pasti hemat bahan bakar.
Maksudnya, setelah bahan bakarnya habis ( dan tinggal air kencing doang ), dorong saja mobilnya.
Dengan cara ini bahan bakarnya hemat, tetapi mobil masih tetap jalan ( karena didorong ). 
Namun kini joke tersebut mungkin sudah tidak bisa lagi menjadi sebuah joke. 

Sebab ada penelitian terbaru yang menemukan sebuah teknologi yang mampu merubah air kencing manusia menjadi bahan bakar., tepatnya energi listrik. 

Coba simak penjelasan dari Profesor Ioannis Ieropoulos yang merupakan kepala peneliti dan direktur Pusat BioEnergi Bristol tentang bagaimana cara merubah air kencing ( urine ) menjadi energi listrik.bawah ini. 
Ada sebuah tim peneliti dari University of the West of England di Bristol yang mengembangkan sebuah teknologi untuk dapat merubah kencing manusia menjadi energi listrik. 
Hal ini didasarkan bahwa Urin ( air kencing ) sebenarnya mengandung suatu bahan kimia tertentu di dalamnya. 
Bahan kimia inilah yang diteliti untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai “bahan bakar” seperti laiknya bahan bakar lainnya. 

Teknologi ini dirasa sangat menarik dan menjanjikan untuk diaplikasikan di daerah-daerah tertentu yang minus sumber daya alam dan lingkungan, terutama sekali di negara-negara berkembang atau terbelakang, dengan infrastruktur listrik yang sangat tidak memadai. 
Sebab ketika bahan bakar alami tidak ada, tidak ada sinar matahari yang cukup, aliran arus air atau angin yang berhembus untuk diubah menjadi energi listrik, maka urine( air kencing ) tetap bisa terus diproduksi. 

Saking menjanjikannya teknologi pengubah air kencing menjadi energi listrik ini, bahkan Bill dan Melinda Gates Foundation dikabarkan sangat tertarik untuk dapat mengaplikasikan energi air seni manusia ini terutama kepada para pengungsi di negara-negara berkembang. 

Kembali pada penelitian di atas. Dalam penelitiannya, Tim di Bristol menggunakan sistem sel bahan bakar mikroba (Microbial Fuel Cell/MFC), yang sebuah sistem yang memanfaatkan kinerja mikroorganisme tertentu untuk menciptakan energi sebagai bagian dari proses metabolisme mereka. 

Sebagaimana dilansir dari laman BBC Indonesia, Profesor Ioannis Ieropoulos menyatakan : “Mikroorganisme sangat efisien – lebih dari 96% - dalam mengubah bahan organik menjadi energi, tetapi MFC yang punya kinerja paling baik hanya mampu mengubah 60% saja,” 
“Jelas ada banyak ruang untuk meningkatkannya.” 

Untuk uji coba d lapangan, tim kemudian membangun sebuah toilet khusus di kampus-kampus dan juga di sebuah ajang Festival Musik Glastonbury. 
Dan dari “terminal urine” tersebut dengan menggunakan sistem MFC, tim peneliti sudah bisa menghasilkan tenaga yang cukup untuk menghidupkan lampu-lampu LED di toilet uji coba tersebut. 


Meski sampai saat ini, hasil uji coba masih terbatas, hanya mampu menghasilkan daya listrik untuk mengisi baterai ponsel atau baterai lithium ion phosphate yang memungkinkan pencahayaan terus menerus, namun uji coba ini akan “diteruskan” untuk digunakan pada perangkat lainnya. 
Profesor Ieropoulos menyatakan 
“Kami sudah mencoba memasok tenaga listrik secara terus menerus atau sesaat pada perangkat-perangkat elektronik lain seperti pompa DC, motor DC, mikro kontroler untuk komputasi, dan sensor.” 
“Ada sejumlah eksperimen yang kami harus lakukan sebelum kami bisa yakin tentang senyawa apa dan dengan volume seberapa yang bisa merugikan proses penghasilan energi ini,” lanjutnya. 

Namun yang jelas, uji coba Glastonbury dapat dikatakan bekerja dengan baik.
“Tapi dari data Glastonbury yang kami punya, tampaknya urin dan alkohol bekerja sangat baik sebagai bahan bakar.”, kata Ieropoulos. 
Sehingga tidak menutup kemungkinan teknologi merubah air kencing menjadi energy listrik ini bisa diterapkan untuk menjalankan sebuah mobil. 
“Kami membayangkan masa depan dengan material yang canggih, aktuator (alat penggerak) yang menggunakan energi dengan sangat efisien, dan perangkat penyimpanan di mana urin dan masalah sampah organik lainnya dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk pengisian baterai kendaraan.” ungkap professor Ieropoulos lebih lanjut. 

Hanya saja teknologi perubah air kencing menjadi tenaga listrik ini memang masih dalam tahap awal dan memiliki beberapa kekurangan. 
Misalnya untuk dapat menjalankan mobil listrik Tesla, baterai lithium-ion 90kWh 400V, maka teknologi MFC ini membutuhkan urine dalam jumlah yang banyak. 

Jokenya, pengendara terpaksa harus mengencingi tangki bahan bakarnya secara terus menerus agar mobilnya dapat dikemudikan kemana-mana. 

Sebab dari data awal uji coba Glastonbury, MFC menghasilkan “hanya” daya stabil sebesar 500mW pada 2,8V. Jumlah ini setara dengan 108Wh. 
Yang artinya masihg dua level lebih rendah – baik dari segi daya dan tegangan – dibandingkan kebutuhan baterai lithium ion Tesla. 
Dengan kata lain, untuk bisa mengisi baterai dan menjalankan mobil listrik harus dibutuhkan 100 kali lebih banyak urine dari festival musik “Glastonburys”. 

Namun meski teknologi MFC yang mampu merubah air kencing ( urine ) menjadi energi listrik ini masih memiliki kekurangan, namun tetap saja dianggap sangat menarik dan menjanjikan. 

Terlebih lagi teknologi ini ramah lingkungan. “Efluen (air buangan) yang keluar dari MFC lebih bersih dari urin yang masuk, dan kandungannya lebih seimbang, sehingga bisa digunakan misalnya sebagai pupuk. 
“Sebagai tambahan, MFC memungkinkan pemulihan bahan kimia berguna seperti fosfat.” kata Profesor Ieropoulos. 
Masih tentang temuan energi yang aneh :

You may like these posts